ANALISAKALTIM.COM – PENAJAM – Kurangnya tiang listrik di Kelurahan Lawe-Lawe, Penajam Paser Utara (PPU), menjadi perhatian serius DPRD. Warga setempat terpaksa menggunakan batang kayu untuk menopang kabel listrik yang menjuntai, menimbulkan kekhawatiran terkait risiko keselamatan. Kabel yang sering jatuh dan tersangkut di pohon sawit sepanjang jalan menuju permukiman semakin meningkatkan bahaya, terutama saat hujan.
Roman Rading, Anggota DPRD PPU, mempertanyakan lambatnya pengadaan tiang listrik di daerah ini. Menurutnya, pemerintah sebenarnya memiliki program yang memberikan keringanan bagi masyarakat yang tinggal jauh dari tiang listrik. Namun, hingga kini, program tersebut belum terealisasi di Lawe-Lawe.
“Ada program yang seharusnya mendukung pengadaan tiang listrik di wilayah-wilayah yang belum memiliki tiang,” ungkap Roman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Roman menegaskan bahwa pengadaan tiang listrik harus menjadi prioritas dan menargetkan agar hal ini bisa terealisasi pada 2025. Ia juga menekankan pentingnya memenuhi syarat jumlah kepala keluarga (KK) sesuai standar PLN agar program ini dapat berjalan.
“Pengadaan ini perlu segera dilaksanakan. Kabel yang melintang tanpa tiang sangat berbahaya. Harus ada solusi tahun depan, tentu dengan memenuhi SOP yang disepakati dengan PLN,” tegasnya.
Sebagai bagian dari wilayah yang berpotensi menjadi pusat kegiatan Ibu Kota Nusantara, Roman menambahkan bahwa PPU tidak seharusnya membiarkan kondisi kelistrikan tertinggal. Keberadaan kabel yang berantakan di tengah pohon sawit dinilainya sangat berbahaya, terutama bagi keselamatan warga yang mungkin belum menyadari risikonya.
“Jika terjadi kecelakaan, siapa yang akan bertanggung jawab? Keamanan warga harus menjadi prioritas,” tutup Roman.